Tempat Pulang Kapal Karatan – Puisi Tentang Rindu dan Penyesalan

 Puisi “Tempat Pulang Kapal Karatan” ditulis oleh M. Reski SiPetani pada 21 Juni 2021. Puisi ini mengangkat tema rindu, penyesalan, dan keinginan untuk kembali ke seseorang yang pernah menjadi tempat pulang. Dengan metafora kapal dan pelabuhan, penyair menggambarkan perjalanan jiwa yang telah lelah menjelajah, namun tak juga menemukan kedamaian seperti yang pernah ia tinggalkan, berikut puisinya



*Tempat pulang Kapal Karatan*.


Jangkarku yang tak begitu kuat, sayang

Arus tak terlampau deras

Aku hanyut, mengikut


Melakukan pelayaran panjang

Bertemu pelabuhan-pelabuhan baru yang tenang, damai, panas, penuh gairah, tak jarang juga berperaturan seketat baju atlet renang


Pelayaranku sia-sia, pelabuhan manapun menyuruhku pergi, sebab namamu terpampang di setiap sudut kapal ini


Kapal ini sudah karatan, sayang

Tak kuat lagi melawan gelombang

Aku ingin bersandar lagi di pelabuhanmu yang sederhana itu,

Aku pulang, aku ingin kau menerimaku lagi

Dan bantu aku memperbaiki apapun yang ku rusak sebelum aku pergi.


21-Juni-2021


Puisi ini dibuka dengan baris:

“Jangkarku yang tak begitu kuat, sayang / Arus tak terlampau deras / Aku hanyut, mengikut”

Di sini, tergambar seseorang yang rapuh, mengikuti arus karena kehilangan arah atau tujuan. Ia mencoba berlayar, bertemu pelabuhan-pelabuhan baru yang menggambarkan relasi atau tempat singgah baru—yang tenang, damai, bahkan menggairahkan—namun tak ada yang terasa tepat.


Puncak puisinya muncul saat si tokoh menyadari, “namamu terpampang di setiap sudut kapal ini”. Artinya, bayangan seseorang dari masa lalu masih melekat dalam dirinya. Ia tidak bisa diterima oleh pelabuhan mana pun, karena dirinya belum selesai dengan luka dan kenangan yang lama.


Akhir puisi adalah sebuah permohonan sekaligus pengakuan:

“Aku ingin bersandar lagi di pelabuhanmu yang sederhana itu, Aku pulang, aku ingin kau menerimaku lagi, Dan bantu aku memperbaiki apapun yang ku rusak sebelum aku pergi.”

Di sinilah kekuatan emosional puisi ini terletak—pada kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan keinginan tulus untuk memperbaiki.


Puisi ini milik saya, keterangannya ditulis menggunakan AI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Puisi

Kabar buku puisi terbaru dan kesukaan kami

Perbaikan Kapal

jangan ragu, tulis sesuatu untuk modal kami berbenah

Puisi Titik


Your Message*